FAISAL BASRI PAPARKAN KONDISI EKONOMI DUNIA DI FOUNDER’S DAY KE-32 GRUP CIPUTRA
Indonesia tidak akan masuk ke kondisi tahun 2008-2009 saat krisis menyeret ekonomi dunia hingga sekarang. Sehingga kecil kemungkinan sektor properti juga mengalami bubble. Demokrasi di Indonesia yang lebih matang menjadi kelebihan tersendiri bagi kita dibandingkan negara-negara tetangga dan berkembang lainnya.
“Dibandingkan Malaysia, Singapura, demokrasi Indonesia lebih matang. Dibandingkan Mesir dan Turki, kondisi politik kita juga lebih kondusif. Relatif tenang tanpa kudeta, konflik yang meluas dan berlarut-larut,”ujar ekonom Faisal Basri dalam acara peringatan Founder’s Day Ciputra Group 2013 di Hotel Ciputra, Jakarta.
Faisal yang diundang untuk menjelaskan akar perubahan perekonomian dunia di depan perwakilan direksi, manajemen dan karyawan Grup Ciputra ini memaparkan sejumlah isu penting yang patut dipahami dan diantisipasi oleh para pelaku sektor.
“Separuh utang pemerintah dalam bentuk SUN dengan tenor 10 tahun, ini menunjukkan kepercayaan asing yang tinggi, bahkan lebih tinggi daripada orang Indonesia sendiri,” Faisal berargumen.
“Cara melihat kondisi ekonomi Indonesia dari pemerintah membuat Indonesia terlihat gonjang ganjing padahal menurut tren dan data tidaklah demikian,” tuturnya.
Bagi entrepreneur, turbulensi ekonomi menjadi sumber peluang, kata Faisal. Maka dari itu, Indonesia tak perlu terlalu cemas dengan ekonomi negara lain sebagai ancaman. “Kita cemas karena kita meninggalkan jati diri kita sebagai negara maritim,” kritik Faisal.
Sebetulnya Indonesia perlu lebih waspada dengan pertumbuhan ekonomi China daripada negara lain bahkan AS. Sehingga ekonomi China perlu diwaspadai karena hubungan dagang kita yang relatif intens dengan negara tersebut. Ini kurang diperhatikan pemerintah RI saat ini.
Faisal menganalisis bahwa sejumlah permasalahan mendasar yang mendesak untuk ditangani justru ada di dalam negeri. Pertama, Indonesia perlu lebih mandiri dan proaktif.
“Jangan mengkambinghitamkan gejolak ekonomi dunia dan rencana kebijakan The Fed (Bank Sentral AS -pen) memotong stimulus. Itu namanya perekonomian perbanyak doa!”jelas Faisal.
Kedua, Faisal menyorot pertumbuhan ekonomi kita yang kurang berkualitas, yang berlawanan dengan klaim Gubernur Bank Indonesia bahwa struktur produksi yang terbentuk dalam satu dekade terakhir lambat laun terasa semakin ketinggalan zaman. (Akhlis)