Diperlukan, Sinergi BUMN dan Swasta Dalam Proyek TOD
Pemerintah Indonesia perlu memberikan ruang gerak yang seimbang antara badan usaha milik negara dan sektor swasta dalam mengembangkan proyek transit oriented development (TOD) atau kawasan hunian yang terintegrasi dengan moda transportasi massal. Sinergi ini dinilai penting karena pengembangan proyek TOD memerlukan rencana bisnis yang matang, perlu dana yang besar, dan dikerjakan dalam jangka waktu yang panjang.
Hal tersebut mengemuka dalam kegiatan seminar international bertema “Infrastructure-Led Large Scale Development: TOD, New Town and Affordable Housing” yang diselenggarakan oleh International Urban Development Association (INTA) bekerja sama dengan Real Estate Indonesia (REI) dan Urban and Regional Development Institute (URDI) di Raffles Hotel, Ciputra World Jakarta, Rabu (14/2).
Presiden Kehormatan INTA, Budiarsa Sastrawinata mengatakan bahwa pemerintah perlu melihat bahwa ada nilai dan manfaat jangka panjang yang ditimbulkan dari semua proyek infrastruktur strategis, terutama dalam hal pengembangan kawasan hunian yang terjangkau serta terintegrasi dengan moda transportasi massal.
Menurut dia, proyek-proyek infrastruktur strategis akan menciptakan efek berganda mulai dari kota baru, kota berbasis Light Rail Transit (LRT), Aero-Polis, kawasan wisata terpadu hingga program sejuta rumah.
“Ke depan harus ada kebijakan yang jelas mengenai tugas dan tanggung jawab pemerintah, swasta dan masyarakat dalam pembangunan ini. Menurut saya tidak mungkin hanya bergantung pada BUMN sendiri karena jika ingin hasilnya baik, proyek TOD perlu digarap bersama antara pemerintah dan swasta,” kata Budiarsa yang juga menjabat sebagai Direktur PT Ciputra Development Tbk tersebut.
Anggota Dewan Pertimbangan Real Estat Indonesia (REI), Pingki Elka Pangestu juga berpendapat serupa. Dikatakan bahwa sinergi antara pemerintah dan swasta dalam pengembangan proyek TOD ini sangatlah penting. Dengan demikian, manfaat yang muncul dari proyek TOD adalah adanya nilai tambah yang bisa dirasakan oleh masyarakat.
“Pembangunan TOD atau kawasan hunian yang terintegrasi butuh waktu jangka panjang dan butuh dana yang besar. Jadi ini kuenya cukup besar dan semua kita harapkan masing-masing dengan kekuatan dan kelemahannya. Semua itu bisa berperan dalam menghasilkan pemukiman yang jauh lebih baik, seperti untuk kota sebesar Jakarta,” kata dia.
Teks oleh Boni Pramudya, Foto oleh Gunawan Susanto